Rabu, 15 Februari 2012

Efek Psikologis Latihan Karate

Anda merasa jenuh, malas, enggan berlatih Karate lagi? Atau tidak punya waktu untuk berlatih lagi? Atau jangan2 pikiran anda sudah dihinggapi persepsi yang salah tentang latihan karate, sampai-sampai anda berpikir, “buat apa latihan karate cape-cape dan membosankan percuma tidak ada hasilnya yang ada tubuh saya sakit semua , mendingan saya mengurusi hal lain.”Kalau itu pendapat anda, barangkali alasan2 dibawah ini bisa mengubah pandangan/persepsi anda tentang pentingnya berlatih Karate, sehingga anda termotivasi kembali untuk giat lagi dalam latihan secara rutin dan konsisten. Dan bagi yang merasa tidak punya waktu akan kembali sadar akan pentingnya berlatih karate sehingga ia akan lebih bijaksana dalam menggunakan waktunya untuk latihan alias mempunyai time management yang baik.

Jika kita menempa diri kita dengan latihan Karate yang keras, melelahkan, tidak menyenangkan dan membosankan bahkan dengan membiasakan diri menahan kebutuhan manusiawi seperti rasa lapar, dahaga, amarah, takut sakit dsb untuk tetap latihan, secara terus menerus dengan perasaan penuh keyakinan, maka lama kelamaan tanpa terasa sikap mental kita akan terbentuk dengan sendirinya yaitu:
1. Tangguh, tabah, tegar dan tahan uji dalam menghadapi segala cobaan hidup
yang keras, tidak peduli sekeras apapun cobaan hidup yang menimpanya,
seorang karateka yang sudah terbiasa berlatih karate secara rutin yang
meletihkan dan membosankan akan tertempa mentalnya dalam menghadapi
cobaan hidup.
2. Percaya diri, rajin, dan rendah hati serta Mengurangi sifat-sifat buruk
seperti rasa malas, rendah diri dan sombong.
3. Lincah, cerdik, berani,bergairah, dan bersemangat. Dalam latihan Karate
tentunya melibatkan semua gerakan koordinasi otot-otot tubuh termasuk
pengerasan, kelenturan, dan pelepasan tenaga yang disertai dengan teriakan
Kiai. Dengan adanya gerakan-gerakan tersebut mempengaruhi jiwa para
Karateka sehingga membuat mereka bersemangat, bergairah, berani, dan
lincah. Sedangkan latihan bertarung membuat para Karateka menjadi cerdik
karena terbiasa berpikir bagaimana mengalahkan lawan mereka.
4. Jiwa sportif, dan bermental ksatria, dalam karate sering terdapat latihan
bertarung (Komite), dalam bertarung para karateka dipaksa untuk selalu
ersikap sportif dalam menerima setiap hasil dari pertandingan komite,
entah itu kalah atau menang.
5. Jujur. Baik jujur pada diri sendiri dan orang lain.
6. Sopan santun dan memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari.
7. Tenang dan sanggup mengendalikan emosi/ tidak cepat marah, maksudnya
setiap terjadi permasalahan selalu memakai dengan cara musyawarah
dari pada kepalan tangan. Dalam salah satu filosofi Karate berbunyi” kenali
dirimu sendiri sebelum lawanmu, dalam seratus pertempuran kau tidak akan
dalam bahaya.” Yang berarti kita harus bisa mengendalikan pikiran/control
emosi kita dulu sebelum bertindak menyerang lawan. Karena bisa jadi
masalah dengan lawan kita tidak sesulit apa yang kita bayangkan, atau dengan
kata lain masih ada peluang alternative untuk menyelesaian masalah dengan
lawan tanpa melakukan kekerasan. Sebab dalam Karate melakukan kekerasan
adalah jalan terakhir bila segala sesuatunya sudah buntu. Jika kita berhasil
mengalahkan lawan tanpa kekerasan dan lawan mengakui kemenangan kita dengan
hormat dan segan, itu baru kemenangan tertinggi
dalam Karate. Sikap tenang dalam karate juga mengandung artian bahwa kita
juga harus tenang dalam menghadapi suatu pertarungan dengan lawan, ingat
prinsip Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air) dan Tsuki no Kokoro(pikiran
layaknya bulan). Tanpa adanya sikap tenang gerakan serangan dan pertahanan
kita dalam beladiri menjadi amburadul dan tidak tepat sasaran dan yang
lebih buruk kita tidak dapat mengantisipasi serangan lawan atau membaca
serangan lawan sehingga kekalahanpun akan terjadi di depan mata.
8. Memperoleh pikiran, jiwa yang tenang dan damai. Dengan berlatih Karate
memungkinkan pikiran dan jiwa memperoleh ketenangan, seumpama dalam
berlatih kata, dalam latihan ini karateka dituntut mengeluarkan seluruh
kemampuannya semaksimal mungkin dari setiap gerakannya baik kecepatan,
kekuatan, kelenturan, koordinasi bagian tubuh, pemusatan energi (Kime)
serta pernafasan menjadi satu tujuan yaitu untuk mengalahkan musuh (dalam
majinasi). Sebab dalam latihan kata karateka dituntut untuk memahami
setiap gerakan dan aplikasinya (bunkai) dengan cara seolah-olah menhadapi
musuh yang sebenarnya. Seluruh pusat perhatianpun tertuju pada musuh
imajener ini, karena kalau kita lengah sedikit saja maka seakan-akan nyawa
kita akan melayang. Dalam latihan Kata pun, seseorang bisa melampiaskan
perasaan kekesalannya berupa rasa stress, kecewa, sakit hati dan lain2
kepada lawan imajenernya sehingga ia tampak lebih bersemangat dalam
mengkonsentrasikan tubuhnya dalam berlatih kata. Pelampiasan inipun berbuah
pada kualitas latihan menjadi lebih baik, sehingga akan memunculkan rasa
tenang dalam jiwa.
Itulah mamfaat jangka panjang yang akan kita dapati, bila kita secara terus menerus berlatih Karate, sebab pada intinya Karate mengajarkan sikap dan mental yang baik sesuai dengan prinsip dasar dan falsafah beladiri yang utama (bushido). Nah, bagaimana apakah sekarang anda sudah kembali termotivasi lagi untuk latihan?

Titik Lemah Tubuh Manusia

KYUSHO ( Titik Vital Anatomi Tubuh Manusia )


Dalam mengeksekusi pukulan karate yang efektif, sangat perlu untuk mempelajari dasar-dasar anatomi manusia, fisiologi dan pertolongan pertama.Pengetahuan ini disebut - kyusho. Pengetahuan Kyusho telah lama disimpan sebagai rahasia selama berabad-abad. Ini termasuk: posisi pada titik rentan, dampak penggunaan alat yang tepat dan situasi yang terbaik untuk menerapkan teknik untuk beberapa titik. Jika kita membandingkan teknik karate dengan panah, kyusho adalah sebagai racun pada panah itu. Funakoshi mengatakan bahwa "cepat dan sangat akurat suatu pukulan, yang tidak pernah meleset ke titik vital, adalah inti dari karate yang sebenarnya".


Ada 3 cara untuk melukai poin penting:

1. Strike atau tinju
2. Menusuk atau tekan
3. Ambil atau mencubit

Akibatnya, beberapa kondisi mungkin terjadi: nyeri, syok, gangguan pernapasan, merasa lumpuh sesaat, puntiran hyper, salah urat, patah tulang dan pendarahan dalam.untuk lebih rinci lihat, klik pada gambar dibawah ini :

Jodan - Poin paling penting dari tubuh manusia terletak pada leher dan kepala. Saya akan menyebutkan beberapa teknik: tusukan mata, menghancurkan hidung, ambil/mencubit tenggorokan, menampar telinga, menarik rambut, tangan pisau ke leher, dorongan jari ke takik urat merih. Anda juga dapat memanipulasi kepala lawan untuk membawanya ke bawah atau untuk mematahkan lehernya.





Chudan - pukulan ke ulu hati, satu pukulan buku jari tangan (shoken) ke tulang dada, rusuk atau ketiak, tinju buku (hiraken) untuk iga longgar, ambil/mencubit testis, smash atau menendang, "cinta-menangani mencubit".













Lengan - serangan ke bisep dapat melumpuhkan lawan
lengan dengan sementara. teknik penguncian Bersama sangat efektif untuk mengendalikan (siku dan jari). Mencubit kulit di atas otot triceps sangat menyakitkan.















Gedan – tendangan sangat sering ditujukan pada kaki lawan (tulang kering, penghancuran lutut -sokuto, paha dalam dan kaki). teknik melempar Kebanyakan dilakukan dengan sapuan kaki atau dengan mengambil/menyambar kaki lawan. paha bagian dalam dapat dicubit ketika melakukan teknik gerakan menghindar ketika melawan penguncian kepala

KURIKULUM LATIHAN

SABUK PUTIH ( Kyu 10 & 9 )
A. TEKNIK

Kihon ( Dasar )

1. Tachikata ( kuda-kuda)

Heisoku Dachi Musubi Dachi Heiko Dachi Fudo Dachi
Uchihachiji Dachi Sanchin Dachi Moroashi Dachi Zenkutsu Dachi
Kiba Dachi Shiko Dachi Tsuruashi Dachi Kokutsu Dachi
Nekoashi Dachi Kakeashi Dachi

2. Tsuki (pukulan)

Seiken Chudan Tsuki Seiken Jodan Tsuki Seiken Ago Uchi Seiken Shita Tsuki Uraken Gammen Uchi Uraken Sayu Uchi Uraken Hizo Uchi Uraken Mawashi Uchi Hiji Chudan Ate Hiji Jodan Ate Hiji Age Uchi Hiji Yoko Ate
Hiji Ushiro Uchi Hiji Oroshi Uchi Shuto Mawashi Gammen Uchi
Shuto Sakotsu Uchi Shuto Uchi Uchi Shuto Mawashi Hizo Uchi
Shuto Sakotsu Uchikomi

3. Uke ( Tangkisan )

Jodan Uke Chudan Soto Uke Chudan Uchi Uke Gedan Barai
Chudan Uchi Uke Gedan Barai

4. Keri ( Tendangan )

Mae Keage Uchimawashi Sotomawashi Hiza Geri
Kakato Geri Kin Geri Mae Geri Mawashi Geri
Yoko Keage Yoko Geri Kansetsu Geri Ushiro Geri

5. Kokyu Ho ( Teknik Pernapasan )

Nogare I & II
Ditutup dengan latihan : Shuto Mawashi Uke Seiken Chudan Gyaku Tsuki .
Semua gerakan diatas dilakukan minimal 30 kali .

Ido Kihon ( Dasar dalam gerakan melangkah )
Dalam sikap Zenkutsu Dachi : melangkah kedepan dan kebelakang ( mundur ) . atau melangkah kedepan lalu putar .Dikombinasikan dengan satu teknik lain ( Tsuki, Keri, Uke ) , mis : Zenkutsu Dachi + Seiken Oi Tsuki atau Gyaku Tsuki ) . Sekarang lakukan juga dengan Sikap Sanchin Dachi .

Kata ( Jurus )
Kihon Kata Ichi , Taikyoku Sono Ichi & Ni , Sokugi Taikyoku Sono Ichi .

B. KUMITE ( Pertarungan )
Yakusoku Kumite
Hanya menangkis serangan :
-. Menangkis dengan tangan terhadap serangan Tsuki .
-. Menangkis dengan kaki terhadap serangan Tsuki .
-. Menangkis dengan tangan terhadap Keri .

C. CONDITIONING ( Pengondisian )
Mengembangkan diri untuk mencapai kondisi sbb :
-. Kelenturan : kepala mencapai lantai dari posisi duduk dengan kaki terlentang lebar.
-. Push-up : 20 kali ( tangan dikepal ; menggunakan kento - jari tengah dan telunjuk ).
-. Jumping Squat : 20 kali . -. Sit-Up : 20 kali. -. Chin-Up : 3 kali
-. Hand Stand : 20 detik ( dengan ditahan oleh pasangannya)
-. Back Exercise : 20 kali ( tertelungkup, pergelangan kaki dipegang pasangannya, kedua tangan memegang kepala, angkat badannya setinggi mungkin ) .
-. Tendangan lompat ( Tobi Geri ) : mencapai ketinggian setinggi diri sendiri .

D. UJIAN TERTULIS
Terminology (istilah2) , philosophy , dojo kun .

E. WAKTU
4 bulan : 4 bln x 8 kali x 2 jam = 64 jam

…………………………………………….
SABUK BIRU ( Kyu 8 & 7 )
A. TEKNIK

Kihon ( Dasar )

1. Tachikata ( kuda-kuda)

Tetap diulang-ulang agar dikuasai dengan baik dan mantap .

2. Tsuki (pukulan)
Dilatih juga teknik pukulan dengan Tettsui , Shotei , Nukite .

3. Uke ( Tangkisan )
Dilatih juga teknik tangkisan Morote Uke , Mawashi Uke, Shuto Mawashi Uke .

4. Keri ( Tendangan )

Tetap diberi secara lengkap seluruh tendangan .

5. Kokyu Ho ( Teknik Pernapasan )

Ibuki


Ditutup dengan latihan : Shuto Mawashi Uke Seiken Chudan Gyaku Tsuki .
Semua gerakan diatas dilakukan minimal 30 kali .

Ido Kihon ( Dasar dalam gerakan melangkah )

Sikap Kokutsu / Nekoashi Dachi : melangkah kedepan dan kebelakang ( mundur ), putar . Dikombinasikan dengan satu teknik lain ( Tsuki, Keri, Uke ) , mis : Kokutsu Dachi + Seiken Oi Tsuki atau Gyaku Tsuki ) . Jumlah pukulan ditambah, mis. Kokutsu Dachi + Nihon Tsuki , Sambon Tsuki . Masih dengan Kokutsu / Nekoashi Dachi melakukan : Shuto Mawashi Uke, Gyaku Tsuki . Posisi Kiba Dachi : Kaki menyilang didepan atau belakang melangkah kesam-ping (Mae Kosa, Ushiro Kosa ) melakukan Yoko Geri . Atau memutar badan melakukan mis : Jun Tsuki / Tettsui. Sekarang ditambahkan dengan serangan, mis : Zenkutsu Dachi + Jodan Uke-Seiken Chudan Gyaku Tsuki.Atau Zenkutsu Dachi+Mae Geri-Seiken Chudan Tsuki .

Kata ( Jurus )
Kihon Kata Ni , Taikyoku Sono San , Sokugi Taikyoku Sono Ni & San ( Kyu 8 )
Pinan Sono Ichi & Ni , Sanchin ( Kyu 7 )

B. KUMITE ( Pertarungan )

Yakusoku Kumite

Hanya menangkis serangan :
Sekarang lebih bervariasi, mis : pihak menyerang dengan tangan - tangan - kaki ; tangan - kaki - tangan dstnya. Begitu juga pihak menangkis . Lakukan Sambon Kumite .
Jiyu Kumite : 60 detik
Kriteria : Reigi ( tingkah laku, etiket, ketenangan ) / Kamae ( sikap kuda-kuda ) / Kiai / Kecepatan / Tenaga / Stamina / Tangkisan mengait . Semua tata cara, tingkah laku di perhatikan, kemudian lakukan serangan dengan kiai, cepat ,bertenaga , tanpa dikenai sasaran . Kemudian melatih menangkis dengan mengait terhadap serangan tangan maupun kaki . Berulang-ulang hingga mahir .

C. CONDITIONING ( Pengondisian )

Mengembangkan diri untuk mencapai kondisi sbb :
-. Kelenturan : kepala mencapai lantai dari posisi duduk dengan kaki terlentang lebar.
-. Push-up : 40 kali ( tangan dikepal ; menggunakan kento - jari tengah dan telunjuk ); juga melakukan dengan seluruh jari untuk menahan badan .
-. Jumping Squat : 40 kali . -. Sit-Up : 40 kali . -. Chin-Up : 6 kali .
-. Hand Stand : 40 detik ( dengan ditahan oleh pasangannya)
-. Back Exercise : 40 kali ( tertelungkup, pergelangan kaki dipegang pasangannya, kedua tangan memegang kepala, angkat badannya setinggi mungkin ) .
-. Tendangan lompat ( Tobi Geri ) : mencapai ketinggian setinggi diri sendiri + 15 cm .

D. UJIAN TERTULIS
Terminology (istilah2) , philosophy , dojo kun .

E. WAKTU
8 bulan : 8 bln x 8 kali x 2 jam = 128 jam

……………………………………………..
SABUK KUNING ( Kyu 6 & 5 )
A. TEKNIK

Kihon ( Dasar )

1. Tachikata ( kuda-kuda)

Tetap diulang-ulang agar dikuasai dengan baik dan mantap .

2. Tsuki (pukulan)


Ditambahkan teknik pukulan : Koken Uchi, Haito Uchi, Morote Tsuki

3. Uke ( Tangkisan )

Ditambahkan teknik tangkisan : Koken Uke, Haito Uchi, Juji Uke .

4. Keri ( Tendangan )

Tetap diberi secara lengkap seluruh tendangan .

5. Kokyu Ho ( Teknik Pernapasan )

Ibuki

Ditutup dengan latihan : Shuto Mawashi Uke Seiken Chudan Gyaku Tsuki .
Semua gerakan diatas dilakukan minimal 30 kali .


Ido Kihon ( Dasar dalam Gerakan melangkah )

Ditambahkan lebih banyak ragam , mis : Dako Ido ( sudut 45 derajat ) = 45 derajat Kiba Dachi + Gedan Barai . Kombinasi pukulan lebih diperbanyak . Rangkaian-rangkai Kata dapat juga diberikan .

Kata ( Jurus )
Pinan Sono San , Yantsu ( Kyu 6 )
Pinan Sono Yon , Tsuki No Kata ( Kyu 5 )

B. KUMITE ( Pertarungan )

Yakusoku Kumite

Perbanyak latihan Sambon Kumite , Ippon Kumite .
Jiyu Kumite : 60 detik ( 3 ronde )
Kriteria : Reigi ( tingkah laku, etiket, ketenangan ) / Kamae ( sikap kuda-kuda ) / Kiai / Kecepatan / Tenaga / Stamina / Tangkisan mengait . Sekarang lakukan sungguh-sungguh. Cari pasangan yang seimbang . Berikan dorongan agar berani melakukannya hingga selesai . Peran seorang Pelatih sangat penting agar orang timbul keberanian untuk melaksanakan Jiyu Kumite hingga selesai. Pemahaman serta dorongan spirit sangat diperlukan. Semua yang sekarang sudah senior juga pernah mengalami pergolakan mental seperti mereka ketika baru mulai latihan. Kalau ingin melangkah lebih jauh, maka pengalaman kumite ini harus berani dilalui .

C. CONDITIONING ( Pengondisian )

Mengembangkan diri untuk mencapai kondisi sbb :
-. Kelenturan : kepala mencapai lantai dari posisi duduk dengan kaki terlentang lebar.
-. Push-up : 50 kali . -. Jumping Squat : 50 kali. -. Hand Stand : 50 detik .
-. Sit-Up : 50 kali . -. Chin Up : 10 kali. -. Back Exercise : 50 kali .
-. Tendangan lompat ( Tobi Geri ) : mencapai ketinggian setinggi diri sendiri + 20 cm .

D. UJIAN TERTULIS
Terminology (istilah2) , philosophy , dojo kun .

E. WAKTU
8 bulan : 8 bln x 8 kali x 2 jam = 128 jam
……………………………………………..

SABUK HIJAU ( Kyu 4 & 3 )
A. TEKNIK

Kihon ( Dasar )
Lakukan sama seperti sabuk kuning .

Ido Kihon ( Dasar dalam Gerakan melangkah )
Melatih melangkah dalam sikap kuda-kuda pertarungan ( Kumite No Kamae )

Kata ( Jurus )
Pinan Sono Go , Gekisai Dai ( Kyu 4 )
Taikyoku Soni Ichi Ura & Ni Ura & San Ura ( Kyu 3 )

B. KUMITE ( Pertarungan )

Yakusoku Kumite

Perbanyak latihan mengait dalam sikap kuda-kuda pertarungan , Foot Work .
Jiyu Kumite : 60 detik ( 5 ronde )
Kriteria : Reigi ( tingkah laku, etiket, ketenangan ) / Kamae ( sikap kuda-kuda ) / Kiai / Kecepatan / Tenaga / Stamina / Tangkisan mengait / Irama / Kombinasi ( pukulan dan tendangan seimbang) / Foot Work .

C. CONDITIONING ( Pengondisian )

Mengembangkan diri untuk mencapai kondisi sbb :
-. Kelenturan : kepala mencapai lantai dari posisi duduk dengan kaki terlentang lebar.
-. Push-up : 60 kali . -. Jumping Squat : 60 kali. -. Hand Stand : 60 detik .
-. Sit-Up : 60 kali. -. Chin Up : 12 kali . -. Back Exercise : 60 kali .
-. Tendangan lompat ( Tobi Geri ) : mencapai ketinggian setinggi diri sendiri + 30 cm .

D. UJIAN TERTULIS
Terminology (istilah2) , philosophy , dojo kun .

E. WAKTU
8 bulan : 8 bln x 8 kali x 2 jam = 128 jam

……………………………………………..

SABUK COKLAT ( Kyu 2 & 1 )

A. TEKNIK

Kihon ( Dasar )
Lakukan sama seperti sabuk hijau

Ido Kihon ( Dasar dalam Gerakan melangkah )
Perbanyak latihan dalam kuda-kuda pertarungan ( Kumite No Kamae ) .

Kata ( Jurus )
Pinan Sono Ichi Ura & Ni Ura , Saifa , Gekisai Sho ( Kyu 2 )
Pinan Sono San Ura & Yon Ura & Go Ura , Tensho ( Kyu 1 )

B. KUMITE ( Pertarungan )

Yakusoku Kumite

Perbanyak latihan mengait dalam sikap kuda-kuda pertarungan , Foot Work .
Jiyu Kumite : 60 detik ( 10 ronde )
Kriteria : Reigi ( tingkah laku, etiket, ketenangan ) / Kamae ( sikap kuda-kuda ) / Kiai / Kecepatan / Tenaga / Stamina / Tangkisan mengait / Irama / Kombinasi ( pukulan dan tendangan seimbang) / Foot Work .

C. CONDITIONING ( Pengondisian )

Mengembangkan diri untuk mencapai kondisi sbb :
-. Kelenturan : kepala mencapai lantai dari posisi duduk dengan kaki terlentang lebar.
-. Push-up : 100 kali. -. Jumping Squat : 100 kali. -. Hand Stand : 100 kali
-. Sit-Up : 100 kali. -. Chin Up : 15 kali. -. Back Exercise : 70 kali
-. Tendangan lompat ( Tobi Geri ) : mencapai ketinggian setinggi diri sendiri + 30 cm .
Tobi Ushiro Geri / Tobi Ushiro Mawashi Geri ( kanan & kiri ) .

D. TAMESHIWARI
Lebih banyak dari standard IKO Tournament Rule .

E. UJIAN TERTULIS
Terminology (istilah2) , philosophy , dojo kun .

F. WAKTU
16 bulan : 16 bln x 8 kali x 2 jam = 256 jam

……………………………………………….



PERSYARATAN DASAR DAN WAKTU
SEBELUM MENEMPUH UJIAN

(SABUK BERWARNA)


Warna
Kyu
Waktu
Kata

Putih


Biru


Kuning


Hijau


Coklat


10
9

8
7

6
5

4
3

2
1

2 bln (16 jam)
2 bln (16 jam)

4 bln (32 jam)
4 bln (32 jam)

4 bln (32 jam)
4 bln (32 jam)

4 bln (32 jam)
4 bln (32 jam)

8 bln (64 jam)
8 bln (64 jam)

Kihon Kata Ichi
Taikyoku 1,2 / Sokugi Taikyoku 1
Taikyoku 3/Sokugi Taikyoku 2,3
Pinan 1,2 / Sanchin / Kihon Kata Ni

Pinan 3, Yantsu
Pinan 4, Tsuki No Kata

Pinan 5 , Gekisai Dai
Taikyoku Ura 1,2,3

Pinan Ura 1,2 / Saifa / Gekisai Sho
Pinan Ura 3,4,5 / Tensho


Total Waktu                 3 tahun 10 bulan               untuk mengikuti ujian                                                                              Shodan
Tingkatan anak-anak dibawah 12 tahun setelah mencapai diatas 15 tahun harus menempuh kembali untuk tingkatannya setara kualitas tingkatan dewasa .





PERSYARATAN DASAR DAN WAKTU
SEBELUM MENEMPUH UJIAN

(SABUK HITAM)

Warna Dan & Titel Waktu Kata

Hitam








Hitam






Hitam







Hitam







Hitam

Shodan
Shenpai







Nidan
Senpai





Sandan
Sensei






Yodan
Sensei






Godan
Shihan


1 tahun








2 tahun






3 tahun







4 tahun







5 tahun

Seienchin , Garyu .
Self Defense ; Menguasai semua persyaratan sabuk coklat; Menghadiri Balck Belt Course ; Jiyu Kumite 60 detik : 20 ronde . Menjadi Budo-ka yang baik dan teladan bagi Kohai .
Min. berusia 15 thn .


Seipai .
Menguasai semua persyaratan sabuk coklat ; Menghadiri Black Belt Course ; Jiyu Kumite 60 detik : 30 ronde .
Memiliki sertifikat Perwasitan .
Min. berusia 17 tahun .

Kanku .
Menghadiri Black Belt Course.
Jiyu Kumite 60 detik : 40 ronde .
Mempromosikan Kyokushin dengan baik di tempatnya .
Rekomendasi dari Pelatih Kepala
Min. berusia 20 tahun .

Sushiho .
Menghadiri Black Belt Course .
Jiyu Kumite 60 detik : 50 ronde.
Mempromosikan Kyokushin dengan baik ditempatnya .
Rekomendasi dari Pelatih Kepala
Min. berusia 24 tahun .

Masih aktif dan banyak berbuat
untuk mengembangkan Kyokushin .
Menjadi panutan dan dapat menjaga citra diri sebagai senior .Min. berusia 29 tahun.


Karate

Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
  1. Shotokan
  2. Goju-Ryu
  3. Shito-Ryu
  4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
  1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
  2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
  3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.

Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

Kihon

Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

Kata

Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

Kumite

Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.

Pertandingan Karate

Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
  1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
  2. Kata (jurus) putera dan puteri

Kumite

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.

Kata

Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
  • Shotokan : Kankudai dan Jion.
  • Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
  • Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
  • Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.

Luas lapangan

  • Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
  • Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

Peralatan dalam pertandingan karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
  1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
  2. Pelindung tangan
  3. Pelindung tulang kering
  4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
  5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
    • Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
    • Pelindung tubuh untuk kontestan putri
    • Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
  6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
  7. Seragam wasit/juri
    • Baju putih
    • Celana abu-abu
    • Dasi merah
    • Sepatu karet hitam tanpa sol
  8. Papan nilai/n scoring board
  9. Administrasi pertandingan
  10. bendera merah & biru untuk juri
  11. Peluit untuk wasit
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.

Falsafah Karate

Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

Aliran Karate

Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:

Shotokan

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:

Kyokushin

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik di dalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, dan menyerang secara frontal, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Tidak seperti kebanyakan aliran karate yang sudah berfokus pada olahraga, dimana dalam pertandingannya menerapkan sistem tidak kontak langsung dan hasil yang ditentukan oleh poin, Kyokushin masih berpegang teguh pada sistem tradisional, terlihat dari sistem pertandingan kumite pada kejuaraan Kyokushin yang menerapkan pertarungan full contact dan boleh membuat Knock Out (KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

Shorin-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.

Uechi-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

Aturan baru WKF

World Karate Federation (WKF) mulai tahun 2009, memberlakukan peraturan baru tentang ketentuan usia dan nomor pertandingan Karate, baik yang dilakukan sendiri oleh WKF maupun AKF, dan pertandingan karate pada Multy Even Internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI), melalui Surat Edaran Nomor 13/PB.FORKI – SEKJEN/SE/I/09 tertanggal, 15 Januari 2009. tentang Peraturan Baru Pertandingan Karate WKF. Yang ditujukan kepada Pimpinan Perguruan Karate, dan Pimpinan Pengurus Provinsi Forki.
Adapun peraturan tersebut sebagai berikut:
USIA :
1.Usia kadet 14 & 15 tahun
2.Usia junior 16 & 17 tahun
3.Di bawah 21 tahun usia 18,19 & 20 tahun
4.Senior usia Kata + 16 tahun.
Pertandingan KADET:
1.kadet Kata perorangan putra & putri
2. Kumite putra : – 52 kg, – 57 kg, – 63 kg, – 70 kg, dan + 70 kg.
3 Kumite kadet putri: – 47 kg, – 54 kg, dan + 54 kg.
Pertandingan JUNIOR:
1.Junior kata perorangan & Kata beregu putra & putri
2.Kumite putra – 55 kg, – 61 kg, – 68 kg, -76 kg, + 76 kg
3. Kumite junior putri: – 48 kg, – 53 kg, – 59 kg, dan + 59 kg.
Pertandingan dibawah usia 21 tahun::
1. Kumite putra – 68 kg, -78 kg, +78 kg
2.Kumite putri – 53 kg, – 60 kg, dan + 60 kg.
Untuk pertandingan senior:
1. Kata perorangan & beregu putra & putri
2. Kumite putra – 60 kg, – 67 kg, – 75 kg, – 84 kg, dan + 84 kg.
3. Kumite putri terdiri dari – 50 kg, – 55 kg, – 61 kg, – 68 kg, dan + 68 kg.
Pada kategori Kadet pertandingan kumite wajib menggunakan Face Masker dan Body Protector. Waktu pertandingan kumite untuk Kadet, Junior & Under 21 tahun durasinya dua menit (putra/putri). Waktu pertandingan kumite senior meliputi: babak penyisihan durasinya tiga menit untuk putra dan dua menit untuk putri, pada babak final memperebutkan juara I dan final reperhage memperebutkan juara tiga durasinya empat menit untuk putra dan tiga menit untuk putri.

Filosofi Kushin Ryu

Pendekar, atau sebut saja jago karate tak harus selalu tampil garang. Kalau enggak percaya, silakan tanya Horyu Martsuzaki (67), guru besar Kushin-Ryu Karate-Do, yang punya 1,2 juta murid di 27 provinsi di seluruh Indonesia. “Karate itu seperti celana dalam,” ujarnya mengejutkan. Enggak, Anda tidak salah dengar. Karate memang bak pakaian dalam. Maksudnya, dia melekat pada diri, tapi tak pantas terlihat, apalagi sengaja diperlihatkan. Orang mempelajari ilmu bela diri justru agar tak tampak galak. Di keseharian, ada dua gaya hidup seni bela diri. Pertama, yang mementingkan peningkatan ilmu untuk memahami hakikat hidup dan mencapai jatidiri tertinggi sehingga bersikap rendah hati, dan sebaliknya, yang berniat memanfaatkan ilmu untuk memburu “nama baik” dan nama besar.
“Siapa saja yang ingin menguasai karate, pertama dan terpenting tak iri hati, berburuk sangka, mesti selalu rendah hati, pemurah, berperilaku baik, memelihara ketenangan spiritual, berusaha keras menjadi teladan bagi semua,” saran sang sensei yang juga punya murid di Australia, Paraguay, Uruguay, Chile, Argentina, Panama, Timor Leste, Singapura, Malaysia, Jepang, Korea ini.
Saran bijak tadi tertuang di sampul bukunya, Perjuangan Hidup: Hakikat Kushin-Ryu Karate-Do (Primamedia Pustaka, 2006). Sesuai makna karate-do, karate (dasar tangan kosong), do (harus selalu ingat belajar kemanusiaan).
Penguasaan ilmu karate oleh orang tanpa mental mantap bisa fatal. Bila sebatas teknik pukulan dan serangan, itu baru kulitnya. Inti terdalam berarti mempelajari hidup dan manusia itu sendiri. Karate mengenalkan 100 titik lemah tubuh manusia, 44 di antaranya terlemah. Titik lemah berada di pusat otot, daging, pembuluh darah dan saraf. Jika ditinju atau ditendang karate-ka berketerampilan tinggi, bisa meninggal.
Karena tahu betapa berbahayanya titik lemah, bagian ini malah jarang sekali diserang. Kalahkan lawan dengan tenaga seminimal mungkin. Mengalahkan lawan itu penting, tapi menciptakan keadilan dalam bertanding itu lebih penting.
Karate menjembatani penempaan semangat dan jiwa untuk menemukan hakikat watak kita sendiri. Jika tak mengenali diri sendiri, kita tak dapat mengenali musuh. Jadi, pendekar sejati itu menguasai diri sendiri. Kekuatan yang sesungguhnya tak hanya membuat lawan takut tapi juga memberi kesegaran bagi lawan yang dikalahkan. Lawan mengakui kehebatan kita dengan hormat. Lawan tak ingin lagi menyerang. Kita menang tanpa diserang, tanpa perlu melawan.
“Saya belajar karate sejak sembilan tahun. Sampai kini merasa belum benar-benar menguasai intinya. Ini pelajaran sampai mati. Tiada guna banyak ilmu tanpa diterapkan. Dalam karate ada siasat, pura-pura tak kuat supaya lawan lengah, kita menang. Jadi di keseharian, karate membekali raga terlatih, pikiran terjaga. Sesekali marah, gusar, itu wajar. Tapi sebentar saja. Ini proses. Sewaktu muda saya juga sering marah, menggugat Tuhan, ha…ha…. Tapi makin berumur, kita mesti makin bijak. Seperti padi. Makin berisi makin merunduk.”
“Mempelajari olahraga atau seni bela diri bangsa lain, berarti mengenali budaya bangsa itu sendiri,” ujar Horyu dalam bahasa Indonesia fasih berlogat kental Jepang, tentang alasan datang ke Indonesia sejak akhir 1966.
Yang menarik, akar budaya tiap bangsa memberi warna tersendiri pada teknik karate. Orang Eropa lebih cocok memukul ke atas seolah memetik buah di ranting pohon. Orang Asia yang umumnya berlatar budaya petani lebih cocok memukul ke bawah seolah menanam padi. Secara fisiologis, jumlah serat otot ras Mongoloid macam Jepang dan Indonesia lebih sedikit dibanding Anglo-Saxon. Tapi bukan berarti refleks, naluri dan kemampuan bertarung Asia lebih rendah dibandingkan Anglo-Saxon. Agar menang, ras Mongoloid mesti berlatih keras untuk mengubah mutu otot dan memaksimalkan fungsi otot, kecepatan dan gerakan badan dari berbagai sudut, serta menggali kemampuan tersembunyi.
Karate yang kini dikenal berasal dari Jepang, sebenarnya lahir dari sinergi kungfu Cina dengan seni bela diri Jepang, ju-jutsu, toshin-jutsu, bo-jutsu, karate Okinawa. Unsur yang berbeda itu memperkaya. Misalnya, sundome (larangan menendang dan memukul ke badan lawan) bukan dari kungfu.
Karate-do aliran Kushin-Ryu dikembangkan Sannosuke Ueshima (1893-1987) pada 1932 dari gabungan kungfu Shaolin, karate Okinawa dan aliran Konshin-ryu Juho-jutsu, serta tinju Barat. Kushin bermakna kosong, melepaskan kesadaran hingga menyatu dengan alam semesta. Juho-jutsu itu jurus mengendalikan lawan tanpa pukulan mematikan tapi dengan kekuatan mental.
Oleh ayahnya yang sensei judo, Horyu awalnya “dipaksa” berlatih judo yang lebih olahraga bantingan dan karate yang lebih ke bela diri dan sikap satria.
Saat “ditugaskan” mengembangkan sayap ke luar Jepang, ia sebenarnya ditawari ke AS, “Tapi saya lebih suka Asia,” ujar pria yang secara fisik tak mengesankan sebagai mahaguru karate. “Ayah saya orang kaya, mengirimi uang untuk biaya hidup penuh. Sampai 42 tahun ini kami sama sekali tak ambil iuran untuk karate. Untuk nafkah hidup, kami punya bisnis,” ujarnya seraya merahasiakan jenis bisnisnya.
“Tak perlu cari kaya, tapi kebetulan diberkahi kaya ya enak. Ini wujud terima kasih. Terima dari Tuhan lalu kasih (berikan) pada orang lain. Jadi, orang kaya mengambilkan untuk yang lebih membutuhkan. Membantu orang lain tanpa membuat mereka merasa berutang budi. Benar-benar rela.”

sejarah kushin ryu

Pendiri KUSHIN RYU Karate Do adalah Kiyotada Sannosuke Ueshima yang lahir pada tahun 1893 di wilayah Hyogo (Kobe) , di Kota Akou – Jepang.
Setelah berusia 3 tahun ia mulai belajar seni beladiri (aliran Konshin Yujoyutsu) di Akademi Matsubara di Kota Akou dibawah bimbingan guru Kiyotaka Kajei Matsubara. Menginjak usia 9 tahun ia mulai mengenal Tuan Sugaya atau Jigaya. Seorang pegawai kepolisian di kota Akou, ia seorang penduduk asli Okinawa. Dari dialah Ueshima mulai belajar bentuk-bentuk Karate Kata Channan dan Kata Kushanku (Kata Channan merupakan dasar Kata Pian yang diciptakan Ankou Itosu , salah satu kata orisinil yang dikembangkan dan dirubah menjadi KATA PIAN).
Pada tahun 1918, saat berusia 25 tahun, Ueshima menerima gelar secara serempak sebagai ahli aliran Konshin Yujoyitsu dari tangan Guru Matsubara dan guru Guikyo Masazi Akada sebagai Guru terakhirnya dan juga guru dari Matsubara sendiri.
Kemudian, Ueshima pindah ke kota Osaka, disana ia mulai membuka Akademi Konshin – Ryu Yujoyitsu.
Pada dekade awal abad ke 20, beberapa guru karate tiba di Okinawa di kota Osaka, bersama-sama mereka, Ueshima mempelajari dan mempraktikan cabang beladiri ini .
Mereka adalah :
1, Choki Motobu, mengajar Aliran Tomari-Ja .
2, Kanamori Kinzyo, mengajar aliran Shorin and Goju.
3, Choshin Chibana, pendiri dan guru aliran Shorin .
Pada tahun 1932 Ueshima mendirikan Aliran Karate Kushin Ryu, ini merupakan hasil dari penggabungan aliran Konshin-Ryu Yujoyitsu dengan unsur-unsur Karate yang ia tambahkan didalamnya.
Pada tahun 1895 Organisasi Beladiri Jepang yang pertama didirikan disebut Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association).
Pada tahun 1933, Ueshima menerima gelar Guru JUDO (KYOSHI) dari Association of Martial Virtue of the Great Japan.
Juga pada tahun 1935 dan untuk pertama kalinya di Jepang, Dewan Asosisasi Beladiri Jepang yang terhormat menganugerahi dia gelar Guru Karate (KYOSHI) dengan dua orang lainnya. Para guru yang menerima tanda kehormatan pada kesempatan itu adalah :
1, Choyun Miyagi ( Pendiri aliran Goju )
2, Kiyotada Sannosuke Ueshima ( Pendiri Aliran Kushin )
3, Yasuhiro Konishi ( Pendiri Aliran Shindo Shizen)
Pada tahun 1946 akhir yaitu perang Dunia ke II terjadi pembubaran Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
Pada tahun 1965, beliau menerima gelar Dan 8 Judo Kodokan, Guru Kanamori Kinzyo , guru aliran Shorin dan Goju dan Guru karate Ueshima, kembali ke Okinawa disana dan ia mengembangkan Aliran Kushin.
Pada tahun 1940 Guru Kinzyo menerima gelar Guru Karate (RENSHI) dari Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
Pada tanggal 6 September 1987, pada usia 94 tahun, Kiyotada Sannosuke Ueshima, pendiri Kushin Ryu, meninggalkan para murid untuk selama-lamanya di kota Osaka. Saat ini President (Soke) kedua Kushin Ryu saat ini dipimpin oleh Ph. Dr HORYUU MATSUZAKI.

Tradisi Karate

Salam Karate !! Etika bagi sesama karateka adalah mengucapkan lafal “OSH” yang merupakan singkatan dari “OSHINABU” yang mengandung arti pantang menyerah. Apabila seorang karateka bertemu dengan kohai (=adik seperguruan) atau senpai (=kakak seperguruan) maupun sensei (=guru [DAN III keatas]) maka ia sebaiknya mengucapkan salam tersebut yang diawali dengan sikap badan siap lalu membungkukkan badan, sehingga dengan cara tersebutlah (karate-do) karateka menunjukkan rasa respeknya.
Osh juga berarti “saya mengerti” dan “terima kasih”.
Upacara
Dilakukan pada saat sebelum dan sesudah latihan karate, ujian kenaikan tingkat (Kyu maupun DAN), demonstrasi pertandingan, rapat lengkap organisasi dan kongres.
Upacara tradisi karate terdiri dari :
1. Menyiapkan karateka secara tata upacara karate.
2. Pembacaan Sumpah Karate.
3. Menenangkan pikiran (makusho).
4. Penghormatan terhadap bendera negara, serta lambang perguruan serta induk organisasi.
5. Penghormatan lengkap terhadap pelatih, sesama karateka, dan tempat latihan (dojo).
Tata cara upacara karate disusun sebagai berikut :
* Barisan disusun secara senioritas berurut dari kanan ke kiri.
* Pimpinan upacara adalah Majelis Sabuk Hitam yang mengambil tempat didepan barisan (saf) kohai.
* Pengucapan sumpah karate oleh tingkatan kyu paling senior.
* Upacara diusahakan tersedia bendera negara dan bendera perguruan serta induk organisasi olah raga.
* Upacara yang dihadiri lebih dari satu orang majelis sabuk hitam maka barisan disusun secara senioritas mulai dari paling kanan barisan.

PEDOMAN KARATE-DO

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Setia Kepada Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
3. Bersifat Jujur dan Sportif.
4. Berjiwa Tabah.
5. Berani.
6. Berjiwa Suka Menolong Sesama.
7. Dispilin.
8. Dapat Menguasai Diri.
9. Bersifat Ksatria dan Sopan Santun.
10. Setia Kepada Jiwa Karatedo.

Karate Tournament

Pengaturan pertandingan karate dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Kumite (Perkelahian); putera dan puteri
Kumite untuk putra dan putri dibagi atas : kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah refenchange (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri (enchosen), sedangkan didalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
2. Kata (Jurus); putera dan puteri
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan. Peserta harus memperagakan kata wajib (Shitei), apabila lulus maka peserta untuk mengikuti babak selanjutnya dia dapat memperagakan kata pilhan (Tokui).
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: kata perorangan dan kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta yang memasuki babak final diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari aliraan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
Shotokan : Kanku-Dai dan Jion.
Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
Shito-ryu : Seienchin dan Bassai-Dai.
Karateka yang berasal dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar diatas.
Luas Lapangan
*
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
* Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai (kumite pertandingan) yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karateka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karateka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
lapangan
Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
1. Karategi (pakaian) karate) untuk kontestan / peserta
2. Hand Protector (pelindung tangan)
3. Shin Guard (Pelindung kaki)
4. Obi (ikat pinggang) untuk masing-masing kontestan / peserta yang berwarna merah (AKA) dan biru (AO)
5. Peralatan lain diperbolehkan tetapi tidak menjadi keharusan adalah :
a. Gum Shield (pelindung gigi); dibeberapa pertandingan menjadi keharusan.
b. Body Protector (pelindung badan) untuk kontestan / peserta putri.
c. Groin Protector (pelindung kelamin) untuk kontestan / peserta pria.
6. Pluit untuk arbitrator (alat tulis).
7. Seragam wasit / juri
a. Baju berwarna putih.
b. Celana berwarna abu-abu.
c. Dasi panjang berwarna merah.
d. Sepatu karet tanpa sol berwarna hitam.
8. Scoring Board (Papan nilai).
9. Administrasi pertandingan.
10. Lampu, berwarna merah, kuning, hijau sebagai tanda waktu pertandingan.
11. Stop Watch (pencatat waktu).
Tambahan : Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah groin protector untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.

eri jime


ude nagashi


Rahasia dibalik keajaiban karate

Karateka pemegang sabuk hitam sering mendemonstrasikan kekuatan dan
keahlian mereka dengan cara membelah dua tumpukan batu bata keras tanpa
terluka sedikit pun. Seorang ahli karate dari Jepang bahkan pernah mengalahkan
seekor banteng dewasa tanpa menggunakan senjata. Para karateka terlatih tampil
bagaikan manusia-manusia super dengan kekuatan ajaib! Apakah mereka
melibatkan daya magis? Ataukah atraksi mereka hanya tipuan belaka?
Seni bela diri yang dikenal dengan nama Karate-Do ini berasal dari pulau
Okinawa, Jepang. Seni ini dikembangkan oleh Funakoshi Yoshitaka. Menurut
Michael Feld, seorang karateka sabuk coklat yang juga memiliki gelar Ph.D di
bidang fisika MIT (Massachusetts Institute of Technology), demonstrasi karate
tersebut sama sekali tidak menggunakan tipuan semacam tipuan kamera dan
komputer yang biasa dilakukan dalam pembuatan film. Seluruh gerakan karate
yang tampak ajaib sesungguhnya hanya merupakan aplikasi prinsip-prinsip fisika.
Gerakan karateka merupakan paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir
tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi. Nama Karate-Do berasal dari bahasa
Jepang Kara, yang berarti kosong, Te (tangan), dan Do (metode/cara). Pengertian
Karate-Do adalah metode bela diri menggunakan tangan kosong dengan
menggunakan tubuh dan alam sekitar sebagai senjata.
Rahasia utama dalam gerakan bela diri ini adalah kecepatan gerakan serta
ketepatan fokus serangan (sasaran). Semua teknik dalam Karate ditujukan untuk
menghasilkan kecepatan dan kekuatan secara efisien. Sebelum memulai gerakan,
karateka terbiasa untuk mengambil napas yang dalam, yang kemudian dikeluarkan
lagi sambil berteriak keras "HAI-YAAA" saat melepaskan serangan. Secara
fisika, teriakan itu sebenarnya merupakan cara untuk melepaskan gaya yang
sangat besar yang dihasilkan oleh otot-otot diafragma (otot yang mengatur
gerakan paru-paru) yang berkontraksi sangat cepat. Dengan berteriak, gerakan
yang dilakukan menjadi lebih efisien, terutama dalam melakukan pukulan.
Pukulan-pukulan yang dihasilkan oleh seorang pemula mencapai
kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka sabuk hitam dapat
mengeluarkan pukulan dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari
kecepatan pelari tercepat). Kecepatan gerakan dan pukulan sangat penting dalam
Karate.
Dalam karate, Joe Louis yang dikenal sebagai “Greatest Karate
Fighter of All Time”, tahu bahwa besaran fisika yang sangat berperan adalah
momentum. Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa
benda itu dikalikan dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar
mempunyai momentum yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang
bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang bergerak dengan kecepatan 70 kilometer
per jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar dari truk
yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
Ketika tangan menghantam  sasaran, ada momentum yang
ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh sasaran
akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer
dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer
semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya
semakin besar pula gaya itu. Karateka pada gambar 1 mula-mula berdiri dengan
kepalan tangan menghadap ke atas. Kemudian ia memberi momentum pada tangan dengan menggerakkannya ke depan. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong
(dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan
berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan
menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam
waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah
mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.

Untuk memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang
diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan
membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam
hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metakarpal
(tulang antara jari dan pergelangan tangan, gambar 2).
Seorang karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150
joule. Jika karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150
cm kuadrat), maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule
per sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu
menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan
luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai
10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh
lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran (pukulan yang terkonsentrasi pada
luas permukaan sekecil mungkin) sangat penting dalam Karate. Gambar 3
menunjukkan bagian-bagian tangan dan kaki yang sering dipakai untuk
menyerang sasaran karena dapat secara efektif mentransfer momentum pada
sasaran dan mempunyai permukaan sekecil mungkin.
Untuk memecah balok kayu, beton, batu bata ataupun balok es, pukulan
seorang karateka harus mampu memberikan tekanan yang lebih besar dari batas
elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh benda-benda tersebut. Batas elastis
tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai batas elastis (maximum crushing)
400 kg per sentimeter kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya
setara dengan berat 400 kg, pada daerah seluas 1 sentimeter kuadrat maka beton
itu akan pecah. Batas elastis tulang manusia mencapai 40 kali batas elastis batang
beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat terjadi tumbukan yang patah
adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau tangan manusia yang
memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi pula dengan
berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu mendispersikan
gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi terkonsentrasi)
sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali gaya maksimum
yang dapat diterima beton. Tangan dan kaki karateka semakin kuat seiring dengan
bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan terbentuknya
jaringan kalus (callus) yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima
saat terjadi tumbukan (tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun
bertumbukan dengan balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih
sangat mudah terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan
yang serius Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes Book dengan
memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan
menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu
(ck..ck... hebat amat....)
Jadi, semua keajaiban Karate ternyata dapat dipelajari menggunakan prinsipprinsip
fisika. Gerakan-gerakannya pun dapat ditingkatkan variasinya
menggunakan berbagai strategi yang meminjam konsep dan hukum fisika. Tidak
ada tipuan maupun sihir yang terlibat. Rahasianya hanya terletak pada perpaduan
konsentrasi dan kesiapan mental dan fisik serta pengetahuan fisika yang baik

MELATIH PUKULAN KARATE

Pada tingkat awal, jurus pertama yang diperkenalkan dalam Karate adalah Tsuki (pukulan). Cukup banyak jenis pukulan yang diajarkan, mulai dari pukulan lurus (choku tsuki) , Pukulan pisau tangan (Shuto Uchi), pukulan melebar U (Yama tsuki), pukulan tinju ke atas (Tate Tsuki) dan lain-lain. Jenis pukulan akan semakin bertambah banyak pada tingkatan selanjutnya. Dalam tahap pengenalan pukulan, hal pertama yang diajarkan pembimbing adalah bagaimana memukul dengan benar, dimulai dari cara menggenggam, perputaran gerakan, posisi tangan ketika memukul dan juga cara penyaluran tenaganya. Setelah bentuk dari pukulan benar maka masuk ketingkat berikutnya yaitu meningkatkan kekuatan, kecepatan serta ketepatan dalam mempergunakan pukulan dalam berjurus (KATA) maupun bertanding (KOMITE).

Melatih pukulan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, karena struktur tangan yang pendek dan sendi yang sangat elastik sehingga tidak memerlukan senam khusus untuk membuat tangan menjadi lentur, hal ini sangat berbeda ketika melatih tendangan karena perlu senam khusus untuk mendapatkan kelenturan. Beberapa hal
penting ketika melatih pukulan adalah menggenggamlah dengan benar, karena sering sekali hal ini kurang diperhatikan. Jika anda terbiasa mengendurkan genggangam, sehingga tenaga lebih banyak terletak di lengan maupun di tungkai tangan. Bahaya lain dari kebiasaan tidak mengggenggam dengan baik adalah ketika memukul dalam turgul akan mengalami cidera, misalnya jari keseleo atau tangan bengkak karena tidak kuat menahan benturan. Tahap kedua setelah dapat melakukan pukulan dengan benar adalah melatih kekuatan. Sebagai alat tambahan untuk menambah kekuatan pukulan bisa juga dipakai:
1. Sandsack, berupa target yang diisi dengan bubuk kayu atau potongan karet.
2. Beras/gabah, pasir atau bahkan pasir panas, alat ini digunakan untuk tingkat lanjutan dengan
tujuan untuk memperkuat jari tangan, sehingga ketika menggunakan jurus yang memerlukan cakar, jari, tapak dan lain-lain akan tetap dahsyat hasilnya.
3. Lilin yang juga bisa dijadikan target keberhasilan pukulan, pukullah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5cm, menjadi 7 cm, 10 cm dan seterusnya.
4. Kayu/papan (Makiwara), yaitu satu papan kayu berukuran 4 x 4 inci dengan panjang 8 kaki yang ditanam ke dalam tanah kira 3 s/d 4 kaki, dengan target menggunakan bantalan jerami, atau bantalan yg diisi busa padat dan dilapisi oleh kalaf atau kulit yang tebalnya sekitar 2 inci. Catatan: Seorang pemula dalam Karate sebaiknya berlatih memukul Makiwara, dari berbagai posisi (Seiken, uraken, hiji, shuto), minimal 100 kali perhari. Setelah tiga sampai enam bulan berlatih, sebaiknya ditingkatkan sampai rata-rata 300 kali perhari dengan berbagai posisi. Jika anda terus berlatih dengan cara ini setiap hari selama setahun, anda akan cukup kuat untuk memukul jatuh siapapun dengan mudah dengansatu pukulan. Latihan ini akan mengembangkan tenaga (power), kecepatan(speed) dan kekuatan (strength); bagaimanapun, ini hanyalah salah satu metode latihan dalam Karate. Cara ini telah lama dipakai oleh para Master-master Karate terdahulut erutama oleh Master Ginchin Funakoshi pendiri aliran karate shotokan, tetapi lain halnya dengan Master Masutatsu Oyama pendiri aliran Karate Kyokushinkai ia merasa latihan dengan menggunakan Makiwara adalah bukan suatu cara metoda latihan yang terbaik. Berikut adalah kutipan dari pernyataan Oyama dalam bukunya “ what is karate” terbitan tahun 1963:” Saya telah melakukan metode ini (memukul makiwara) untuk melatih kepalan tangan saya selama 20 tahun, memukul rata-rata300 kali perhari. Sebelumnya saya merasa sangat bangga dengan ukuran dan kekerasan dari ‚kapalan2’ yg terbentuk di kepalan saya, apalagi kapalan2 itudapat dipukul dengan palu tanpa saya merasa sakit. Ini adalah fakta bahwa, pukulan dari kepalan tangan saya sangatlah kuat sekali. Saya mengikuti metode2 tersebut karena „Master Karate“ terdahulu, berlatih dengan cara tersebut. Akhir2 ini, bagaimanapun, saya mulai percaya bahwa metode ini bukanlah yang terbaik, dan sebetulnya terbukti menghasilkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan metode2 lain. Saya percaya bahwa saya dapat menjadi seseorang yg jauh lebih kuat dari sekarang ini apabila saya mengadopsi metode2 yang lebih masuk akal dalam latihan. Sungguh, latihan memukul Makiwara berguna untuk memperkuat pergelangan dan kepalan; bagaimanapun, saya telah menemukan bahwa latihan dengan memukul sesuatu yang keras akan memperlambat pengembangan kecepatan. Saya tergerak untuk mengembangkan suatu metode latihan baru dimana bukannya Makiwara, melainkan sebuah spon tebal yang digunakan. Training dengan spon tidak hanya mengembangkan kekuatan pergelangan, tapi kecepatan akan meningkat pula. Metode yang sama dapat digunakan juga untuk latihan Tendangan. Cara lain untuk meningkatkan kecepatan adalah menusuk dan memukul dengan kepal tangan pada selembar kertas yang tergantung. Manfaat dari metode ini akan ditunjukkan lewat contoh berikut. Saya memilih dua orang murid, dan meminta salah satunya untuk berlatih dengan kertas yang digantung. Sementara murid lainnya berlatih dengan Makiwara dengan cara yang biasa. Setahun kemudian, saya membandingkan mereka. Murid yang berlatih dengan Makiwara, memang, nampak terlihat sebagai seorang Karateka sejati, dengan kapalan di kepalannya. Namun, dalam percobaan memecahkan genteng, batu dan papan, keduanya sama kuat. Keduanya berhasil memecahkan sepuluh buah genteng, batu dan papan dengan ketebalan yang sama. Dalam pandangan saya, murid yang berlatih dengan memukul kertas jauh lebih gesit dalam pergerakannya (body movement), dan tangannya lebih cepat, mengungguli murid yang satunya.
Diantara banyak orang yang berlatih karate, beberapa menganggap dirinya sebagai Karateka papan atas, hanya karena mereka mempunyai kepal tangan yang ada kapalannya, hasil latihan dengan Makiwara. Mereka bangga pada kekerasan kepalannya dan berusaha mengatur-atur yg lain dalam ber-Karate. Sedihnya, saya menemukan orang-orang tersebut, khususnya di Amerika.”
5. Kertas yang digantung seperti yang dilakukan Master Masutatsu Oyama di atas.

Tahapan ketiga adalah melatih kecepatan, dalam tahap ini biasakan melatih pukulan dengan cara beruntun, dimulai dari dua kali beruntun , tiga kali dan semakin lama semakin banyak pukulan beruntun. Dalam tahap ini juga sudah mengkombinasikan sasaran pukulan maupun jenis pukulan, sasaran bawah tengah atas dan jenis pukulan lurus. Dengan cara melatih kecepatan dan variasi pukulan seperti ini maka lawan sulit untuk menghindar atau menangkis pukulan kita. Cara sederhana untuk melatih kecepatan pukulan adalah dengan cara push-up dengan genggaman di samping badan bukan di depan pundak, push up ini harus dilakukan dengan agak cepat layaknya melakukan pukulan pada posisi yang benar. Sebagai tambahan dan bisa juga dijadikan target keberhasilan pukulan, pukulah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita menjadi sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5 cm, 7 cm, 10 cm dan seterusnya.